Islam Lebih Dulu 14 Abad dari Amerika

Islam Lebih Dulu 14 Abad dari Amerika

Aisyah Daud Rasyid

Euphoria kemenangan Obama masih terasa hingga saat ini. Kemenangan Obama pada pemilu 4 November lalu, telah menyihir dunia betapa Amerika sudah berubah 180 derajat dari 143 tahun silam.
Pada saat itu, pembantaian dan perbudakan terhadap kulit hitam menjadi pemandangan yang biasa. Layaknya binatang, tak ada hak hidup kecuali sebagai budak, dan kuli.
Perbudakan terhadap kulit hitam menjadi industri tersendiri bagi Amerika. Betapa tidak, pekerjaan industri semua dilakukan oleh budak, sebagai bayaran nyawa agar hanya bisa tetap mendapatkan hak hidup. Berabad-abad sekelompok manusia ini hidup dalam kezaliman dan kegelapan.
Namun saat ini, dunia berbangga dengan demokrasi, walau sebenarnya hanyalah strategi untuk memperoleh dukungan dunia. “Ini hasil kerja keras demokrasi,” begitulah kalimat yang penuh rasa bangga ini berkumandang dimana-mana. Seolah-olah, drama besar kemenangan Obama telah meruntuhkan sejarah rasisme yang telah mendarah daging selama berabad-abad. Setelah 45 tahun, mimpi Marthin Luther King ini baru tercapai. Ia adalah seorang tokoh Amerika berkulit hitam satu-satunya di parlemen saat itu. Dalam pidato bersejarahnya saat itu yang berjudul “saya punya mimpi“, ia mengatakan, “Pada hari ini, saya bermimpi bahwa empat anak saya suatu hari akan hidup dalam masayarakat yang tidak lagi hukumnya bersandar pada perbedaan warna kulit mereka, tetapi berdasarkan nilai etika dan moral yang mereka miliki.”
Namun, tidak sadarkah dunia bahwa Islam telah jauh lebih dulu menghapus rasisme dan perbudakan? Islam telah lebih dari 14 abad meruntuhkan rasisme dan perbudakan dari apa yang dipertontonkan Amerika saat ini.
Ya, Bilal bin Rabah, salah satu yang dijanjikan oleh Allah masuk syurga (al-mubasysyariin bil Jannah) seperti ditegaskan dalam sebuah hadits Shahih.
Ia adalah sosok revolusioner yang telah mengubah paradigma Arab Jahiliyyah saat itu yang berhukum rasisme, bahkan jauh lebih buruk dan lebih kejam dari sejarah gelap yang diukir kulit putih Amerika.
Rupanya, keimanan Bilal adalah tonggak pertama perubahan itu. Saat itu Bilal bin Rabah salah satu dari sahabat nabi yang paling beliau cintai dengan sabdanya : بلال منا أهل البيت “Bilal adalah bagian dari keluarga kami”
Ia seorang budak berkulit hitam dari negeri Habasyah (Afrika) milik Abu Jahal, seorang Quraisy terpandang di Makkah saat itu. Quraisy adalah suku atau keturunan yang paling mulia dan terpandang di masyarakat Arab.
Islam mengangkat derajatnya setelah dibeli oleh saudagar kaya, sahabat Rasul, Abu Bakar radhaiallahu ‘anhu. Saat itu, ia menyembunyikan keimanannya di hadapan tuannya, Abu Jahal. Rupanya tidak berhasil, ia kemudian disiksa tanpa belas kasih di padang pasir yang membakar kulit.
Cambuk adalah benda yang paling akrab dengan Bilal, karena benda itulah yang hampir tak berpisah dengannya selama statusnya sebagai budak. Namun, tidak ada keluhan keluar dari mulutnya kecuali nama Allah, yang hanya kepadaNya ia meminta pertolongan. “Ahad.Ahad” hanya itulah kata yang meluncur dari mulutnya merespon pedihnya cambuk Abu Jahal.
Kistiqamahannya membuahkan hasil dengan dibeli oleh Abu Bakar, lalu ia dimerdekakan. Setelah keislamannya, ia menjadi salah satu sahabat Nabi Shallallahu alaihi wasallam, yang dicintai. Ia bahkan mendapat penghormatan besar sebagai Muazzin Islam pertama. Dan terkenal dengan peristiwa terdengarnya terompah Bilal di surga oleh Nabi saw.
Begitulah Rasulullah saw. yang tidak memandang warna kulit dan etnis. Hanya ketakwaan yang membedakan manusia di hadapan Allah. Karena dalam Islam, perbudakan sesungguhnya hanyalah antara Allah dan makhlukNya, karena sesungguhnya asal manusia sama.
Firman Allah :
يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam)” (Surat Annisa:1).
Allah Swt juga berfirman :
يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن أكرمكم عند الله أتقاكم.
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu..” Jika Amerika baru berhasil di tahun 2008 dalam memberikan peluang kepada warga kulit hitam menjadi penguasa nomor satu di negerinya, Islam sejak 14 abad silam sudah menghapus perbedaan manusia karena perbedaan warna kulit dan etnisnya.
Bahkan, dengan lantang Rasulullah yang berbangsa Arab dan keturunan Quraisy itu berucap :
كلكم من آدم وآدم من تراب، أيها الناس إن ربكم واحد، لا فضل لعربي على أعجمي ولا أعجمي على عربي، ولا الأسود على الأبيض ولا الأبيض على الأسود إلا بالتقوى.
“Kalian semua berasal dari Adam dan Adam dari tanah. Wahai manusia, sesungguhnya Tuhanmu satu, tidak ada keutamaan arab atas non-arab, dan tidak ada keutamaan non arab atas arab. Tidak juga hitam (kulit) atas putih, dan tidak pula putih atas hitam kecuali taqwa”.
Itulah sebuah deklarasi persamaan manusia di mata Allah. Bukan Hak Asasi Manusia yang semu dan palsu seperti yang dideklarasikan oleh Barat. Dan jangan membandingkan Obama dengan Bilal. Obama hanya dikenal di dunia untuk saat ini. Sementara Bilal, dikenal oleh penghuni langit dan syurga. Suara terompahnya lebih dahulu terdengar di syurga sebelum orangnya sendiri memasuki syurga. Masya Allah.
Mudah-mudahan, pernyataan Nabi akhir zaman, teladan dan pemimpin manusia serta sebaik-baik makhluk, Rasulullah saw., dapat membuat kita lebih mencintai dan mengamalkan dien kita. Amin.

Profil Penulis:
Aisyah Daud Rasyid, Saat ini menempuh pendidikan S1 Fakultas Syariah Islamiyah, Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.

Masa Depan Milik Islam

Fiqh Da’wah

Masa Depan Milik Islam

Oleh: Tim dakwatuna.com

dakwatuna.com – Allah swt. sebagai Pencipta alam semesta dan segala
isinya, tidak mungkin mencelakakan ciptaan-Nya. Dalam berbagai ayat
disebutkan bahwa Allah rabbul aalamiin. Imam Ibnul Jawzi dalam
tafsirnya Zaadul Masiir mengatakan bahwa kata “ar-Rab” mengandung tiga
makna: (a) pemilik seperti dikatakan rabbud daar (pemilik rumah) (a)
pemelihara seperti dikatakan rabbusy syai’ (pemelihara sesuatu) (c)
tuan yang ditaati, seperti dikatakan dalam ayat: fayasqi rabbahu
khamra (maka ia memberi tuannya minuman khamer). Semua makna ini
menunjukkan betapa Allah swt. akan menjaga kelestarian ciptaan-Nya
sampai pada saat yang Dia tentukan. Dan untuk mewujudkan kelestarian
ini, Allah telah meletakkan hukum atau sistem mengatur perjalanan
segala wujud di alam semesta, dan jalan hidup manusia.

Islam Sebagai Way Of Life

Khusus mengenai sistem yang mengatur jalan hidup manusia Allah
menyebutnya dengan nama Al-Islam. Allah berfirman:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”
(QS. Ali Imran: 19).

Dalam ayat yang lain:

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran 85).

Ini menunjukkan bahwa hanya Islam yang Allah akui sebagai jalan hidup
manusia. Tanpa Islam manusia akan celaka. Sebab otak manusia yang
Allah ciptakan kapasitasnya bukan untuk mengarang agama sendiri.
Karenanya agama apapaun karangan otak manusia tidak mungkin bisa
menjadi pegangan.

Islam Agama Fitrah

Lebih jauh, Allah menciptakan manusia dengan bekal fitrah yang sesuai
dengan ajaran-Nya (baca: Islam). Karenanya manusia sepanjang sejarah
tidak akan pernah bisa lari dari seruan fitrahnya. Bila ia menjauh
dari seruan fitrah tersebut, ia pasti akan meronta-ronta. Kegelisahan
demi kegelisahan akan terus mencekam dalam jiwanya. Tak terhitung
kasus yang membuktikan bahwa begitu banyak manusia yang bunuh diri
hanya karena kekeringan jiwa, padahal secara kebutuhan materi mereka
bisa dikatakan terpenuhi. Hasil penelitian WHO, seperti diungkap
harian Republika 11/10/2006, membuktikan bahwa 873 ribu manusia
melakukan bunuh diri di dunia setiap tahunnya. Dan setiap 45 tahun
terakhir angka tersebut rata-rata naik 60%. Bahkan di Jepang -negara
yang terkenal maju secara teknologi- sempat terdata bahwa angka bunuh
diri dalam satu tahun mencapai 30 ribu orang. Sebab utama tindakan
bunuh diri ini rata-rata karena ketercekaman jiwa. Tidak hanya ini
yang mereka lakukan, di internet begitu banyak jumlah situs yang
mengajarakan bagaimana seseorang melakukan bunuh diri dengan cepat.
Betapa kenyataan ini semua menunjukkan bahwa manusia benar-benar
diambang kehancurannya ketika tidak mengikuti Islam. Mereka tidak akan
pernah bahagia di dunia maupun di akhirat tanpa kembali kepada Islam.
Sebab hanya Islam yang Allah seting paling sesuai dengan panggilan
fitrahnya.

Karena itulah, sekalipun manusia berusaha menghancurkan Islam
sepanjang sejarah, Islam tidak akan pernah musnah. Dibanding
agama-agama lain, Islam adalah agama yang paling banyak dimusihi.
Allah berfriman:

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka
untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan
harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan
dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang yang kafir itu
dikumpulkan. ” Al-Anfal 36).

Dalam surat Ath Thariq 15:

“Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan
sebenar-benarnya. ”

Di ayat lain:

“Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya
meskipun orang-orang kafir benci.” (QS. Ash-Shaf 8).

Tetapi Allah berjanji bahwa sampai kapanpun manusia tidak akan pernah
berhasil melakukan tindakan makarnya. Allah berfirman:

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al
Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan- Nya atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS. At-Taubah 33).

Perhatikan ketika Allah yang menjamin untuk menjaga agama ini, nampak
bahwa segala upaya yang ditempuh para musuh, Allah mentahkan. Lebih
dari itu, jumlah pemeluknya justru semkain bertambah dari masa ke
masa. Ini adalah fakta yang membuktikan bahwa manusia cerdas masa
depan pasti akan kembali kepada Islam. Mereka tidak akan pernah
menerima agama yang tidak otentik dan tidak sesuai dengan fitrahnya.
Mereka pasti akan segera mengkritisi berbagai penyimpangan yang
terdapat dapat ajaran agama-agama tersebut.

Islam Agama Kemanusiaan

Islam adalah agama yang sangat menghargai kemanusiaan. Karenanya dalam
Islam setiap prilaku yang yang tidak manusiawi harus diperangi. Tidak
ada dalam Islam pembedaan antar sesama muslim hanya karena perbedaan
kulit atau ras. Pun tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, semua muslim adalah sama sederajat seperti barisan gigi
sisir. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Hanya kwalitas
ketaqwaan yang membedakan di antara mereka. Artinya siapa yang paling
tinggi derajat ketakwaannya, dialah yang paling tinggi derajat
kemanusiaanya di sisi Allah.

Dalam beribadah pun Islam melarang cara-cara beribadah yang tidak
manusiawi. Rasulullah saw. pernah suatu saat menegur tiga orang
sahabatnya yang masing-masing ingin melakukan ibadah dengan cara tidak
manusiawi: Yang pertama ingin menegakan shalat malam dan tidak tidur,
yang kedua, ingin berpuasa dan tidak berbuka dan yang ketiga tidak
ingin menikah. Lalu Rasulullah saw. dalam tergurannya tersebut
menyebutkan:

“Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku juga tidur dan menikah.
Maka barangsiapa menolak sunnahku bukan termauk golonganku.” (Ahmad).

Ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. memberikan contoh yang manusiawi
dalam beribadah. Dengan kata lain seperti yang dikatakan Imam An
nawawi al iqtishaad fil ibadah artinya tidak terlalu menyepelekan dan
tidak terlalu menyiksa diri di luar batas kemanusiaannya (lihat
Riyadhush shaalihiin, Imam An nawawi, Darul Warraq 1996, h.7).

Syeikh Abul Hasan An Nadwi, seorang pemikir muslim dari India, menulis
sebuah buku judulnya ” maadzaa khasiral aalam bin khthaathil
muslimiin” (kerugian yang menimpa manusia karena keterpurukan umat
Islam). Ini menunjukkan bahwa manusia tidak akn pernah menemukan
kemanusiaanya selama tidak kembali kepada islam. Terbukti memang bahwa
manusia tanpa Islam, benar-benar hidup dalam kebingungan. Disebutkan
dalam buku tersebut bahwa pada zaman jahiliah -sebelum datangnya
Islam- kaum wanita didzalimi. Mereka tidak mendapatkan hak-hak
kemanusiaannya sama sekali. Tidak sedikit dari putri-putri mereka yang
dibunuh hidup-hidup. Jauh sebelum itu di Ramawi pada abad ke VI masehi
manusia sungguh terpuruk dalam kebinatangan. Tontonan yang paling
menyenangkan pada waktu itu adalah pertarungan yang berdarah-darah dan
bahkan tidak sedikit yang harus melayangkan nyawanya. Para gladiator
diadu dengan sesama mereka, atau mereka dipaksa harus bertarung
melawan binatang buas seperti singa dan lain sebagainya. Suatu
pertarungan yang menunjukkan tingkat kejamnya manusia terhadap
kemanusiaannya sendiri. Dengan kata lain di sana nampak bahwa manusia
benar-benar tidak ada harganya sama sekali.

Islam Agama Yang Menegakkan Keseimbangan

Di dalam Islam manusia menemukan dirinya benar-benar diperlakukan
secara seimbang: (a) Seimbang antara fisik dan ruhani. Artinya tidak
seperti agama lain yang cendrung menghilangkan makna keseimbangan ini.
Sebagian agama cendrung meletakkan manusia sebagai mahluk ruhani saja,
sehingga ia dilarang memenuhi kebutuhannya fisiknya, seperti tidak
boleh menikah dan lain sebagainya. Sebagian yang lain cendrung
menyikapi manusia sebagai mahluk fisik saja, sehingga ia diajarkan
menyembah materi, bukan menyembah Allah yang ghaib. Tuhan mereka
divisualisasaikan menjadi patung. Hidup mereka bergelimang materi
tanpa ada unsur ruhaninya sama sekali. Islam tidak demikian. Islam
meletakkan manusia sebagai mahluk fisik dan ruhani sekaligus. Tidak
ada dalam Islam hak-hak kemanusiaan yang digerogoti. Semuanya, baik
fisik maupun ruhani dipenuhi secara seimbang.

Perhatikan Rasululllah saw. sebagai contoh yang paling konkrit dalam
hal ini. Ia berpuasa dan juga berbuka, ia juga menikah dan mengurus
istri-istrinya, pun ia juga shalat malam dan tidur. Jadi tidak ada
yang diabaikan dari hak-hak fisik dan ruhani. Bahkan Rasulullah
bersabda: “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh
Allah dari pada seorang mukmin yang lemah” (HR. Muslim no. 4816) Ini
menunjukkan perhatiannya kepada pentingnya pembinaan fisik, lalu dalam
hadits ketika menegaskan tetantang hakikat ihsan ia bersabda:
“hendaknya kau menyembah Allah sekan melihatNya, dan jika tidak,
ingatlah bahwa Ia melihamu” (HR. Muslim no 8). Ini menggambarkan
bagaimana seharusnya manusia membina ruhaninya.

Dalam kesempatan lain Rasulullah saw. pernah mengucapkan:

“Celakalah mutanath thi’uun tiga kali.” (HR. Muslim no 2670).

Artinya celaka orang-orang yang berlebih-lebihan dalam beribadah.
Bahkan suatu saat ketika Aisyah memberitahukan mengenai seorang wanita
yang berlebih-lebihan dalam menegakkan shalat, Rasulullah saw. segera
menegurnya: “hendaknya kau mengerjakan itu sebatas kemampuanmu, dan
Allah tidak akan pernah bosan (memberikan pahala yang setimpal dengan
amalmu) sampai kau sendiri yang bosan”. (HR. Bukahri 3/31, Muslim no
785). Ini semua menunjukkan betapa mempertahankan keseimbangan antara
jasmani dan ruhani adalah inti ajaran Islam.

(b) Seimbang antara dunia dan akhirat. Islam mengajarkan bahwa manusia
diciptakan bukan untuk di dunia saja melainkan juga di akhirat. Bahkan
tujuan hidup manusia sebenarnya untuk akhirat, Allah berfirman:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 77).

Jadi berdasarkan ini dunia hanyalah keperluan. Sebab kehidupan hakiki
yang seharusnya manusia capai adalah akhirat, Allah berfirman:

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main.
Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau
mereka mengetahui.” (Al-Ankabuut: 64).

Konsep keseimbangan ini tentu sangat berbeda dengan konsep
materialisme yang hanya mengajarkan manusia menjadi mahluk
materlistis. Sebab materialisme hanya membuat manusia menjadi seperti
komoditi yang diperjual belikan, atau seperti mesin yang dipaksa harus
bekerja siang dan malam tanpa ada kesempatan untuk ibadah dan
berdzikir. Secara ruhani ia pasti akan mengalami kekeringan. Akibatnya
ia akan menderita tidak hanya di dunia melainkan lebih dari itu di
kahirat. Perhatikan Allah berfriman:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada
hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha 124).

Dalam ayat yang lain Allah menggambarkan kesalapahaman orang-orang
kafir yang hanya sibuk membangun dunia:

“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Al-A’la 16-17).

Di sini nampak bahwa mengutamakan dunia saja adalah langkah yang
salah, melainkan harus keduanya dipersiapkan secara seimbang.

Adanya Bisyaraat (kabar gembira)

Allah berfirman:

“Musa berkata kepada kaumnya, `Minta tolonglah kalian kepada Allah dan
bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan- Nya
kepada siapa yang dikehendaki- Nya dari hamba-hamba- Nya. Dan kesudahan
yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al A’raf 128).

Ayat ini menunjukkan bahwa kemenangan akan diberikan kepada
hamba-hambaNya yang bertakwa. Maksudnya adalah Islam dan umatnya. Dan
ini pasti terjadi cepat atau lambat, sebab Allah tidak pernah
mengingkari janji. Allah berfirman: “innallaaha laa yukhliful mii’aad
(sesungguhnya Allah tidak pernah menyalahi janji.” Ali Imran 9.

Rasulullah saw. dalam banyak kesempatan seringkali juga memberikan
bisyarat ini. Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah telah
mengumpulkan untukku dunia, maka aku menyaksikannya dari ujung timur
dan barat, dan kerajaan umatku akan melampaui timur dan barat seperti
yang dikumpulkan untukku, dan aku diberi dua kekayaan (emas dan perak
atau kekayaan dua kerajaan Romawi dan Persia) (HR. Muslim no. 5144).
Dalam hadits yang lain Rasulullah saw. bersabda: “berilah kabar
gembira kepada umatku dengan kemenangan, ketenangan di negerinya,
pertolongan Allah, dan kemulyaan agamanya, siapa yang menjadikan amal
akhiratnya untuk dunia, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa di
akhirat” (HR. Imam Ahmad no 20273).

Penutup

Seluruh yang kita sebutkan di atas, menjadi bukti nyata bahwa Islam
adalah agama masa depan. Sampai kapanpun manusia tetap akan
membutuhkannya. Sebab ia adalah way of life, dan suara firahnya.
Dengan Islam manusia akan memperlakukan dirinya sebagai manusia. Dan
di saat yang sama ia akan bisa menajalani hidupnya secara seimbang di
muka bumi. Lebih-lebih Allah dan Rasul-Nya telah menjanjikan bahwa
Islam dan umatnya pasti akan menang. Dan Allah tidak pernah
mengingkari janjiNya.

Tetapi semua ini tidak bisa dicapai dengan hanya mengkahyal. Islam
adalah pedoman hidup, yang harus diamalkan. Umat Islam harus bergerak
untuk mengamalkannya tidak hanya dipojok-pojok masjid melainkan harus
merambah ke dataran kehidupan nyata denga segala dimensinya; politik,
sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Inilah Islam yang
diyakini Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya. Perhatikan mereka
tidak hanya duduk beribadah di masjid, melainkan terus bergerak
menyebarkannya dan merealisakannya dalam kehidupan nyata, secara
integral. Dan dengan upaya yang integral inilah, Islam dan umatnya
benar-benar pernah mampu menalukkan dua kekuatan super power pada
masanya: Romawi dan Persia. Wallahu a’lam bishshawab.

http://www.dakwatuna.com